Gambar 2 : Saat duduk di kelas 5 KMI Gontor
Dari begitu banyak jenis acara ritual sebelum tidur bagi ingsun dan teman-teman “anak langgar “ adalah mencari ikan di malam hari di sungai, dalam istilah kami adalah “nyuluh”, dengan berbekal lampu minyak [petromax] dan sebilah samurai, selepas isya’ mulai hunting…. Dari sekian “anak langgar” menurut aturan kami ala “wong ndeso” tidak serta merta bergabung menjadi satu kelompok, namun dipecah menjadi tim-tim kecil, satu tim tidak boleh lebih dari 4 orang ( why?...... ikannya pada takut, kata temen ingsun….. he..he…he )… dan dalam satu tim itupun telah diatur strategi dan pembagian job-discriptionnya ( ce ileeeee, kayak amtenar aja …..)…. Seorang sebagai pembawa lampu, seorang lagi membawa “kembung” tempat ikan hasil tangkapan…. Dan satu lagi sebagai “hunter” yang membawa samurai… kalau ada tambahan [ karena kkelebihan personil ] maka ditugasi sebagai “juru lacak” di mana ada “target” bersembunyi…. Upsss… asyik lho berburu ikan di tengah malam…. Cos, suasananya yang super sepi, suara gemerit bamboo yang berirama voodoo { ngeriiiii } … trus, saat hunting dan kaki udah “nyemplung” ke dalam air, dilarang keras berjalan cepat dan berkata-kata “yang membuat si mangsa lari terbirit-birit”…… [ tambah ngeri kan??? ]…..nah …. Kalo posisi “target” udah tampak, maka pembagian tugas-pun di atur dengan bahasa isarat [ kayak serdadu itu loh….. ] Kisah Sekolah…… ingsun sudah disekolahin saat usia belum genap 6 tahun….. tau kenapa?..... karena ingsun BONGSOR…… jadi kalau duduk di kelas udah paling gede…. ( tapi masih nangisan alias cengeng loh….), nah karena bokap tuh “sesepuh” kampong alias “imam masjid”, ingsun tentu disekolahin di MI ( Madrasah Ibtidaiyyah) di desa sebelah sekitar 1,5 km dari rumah, meskipun di depan rumah juga ada SD-nya…… so, ingsun banyak menerima pelajaran agama di situ….. Peristiwa kecil yang amat ingsun ingat adalah : saat pelajaran bahasa arab, sang guru dating terlambat, nah atas inisiatif para sohib, kami sekelas ( 20 anak ) bermain di sawah, yang saat itu ditanami tanaman tebu….. meski tak jauh dari lokasi madrasah, namun bermain kami bukan hanya melihat-lihat tanaman tebu itu, tapi juga berlomba menebang yang ada di pinggir jalan, maka waktu yang dibutuhin juga cukup lama jug acing….. nah, ternyata pas udah balik ke madrasah, ustadz bahasa arab udah berdiri di depan kelas, lagi ngajar temen cewek yang pada gak ikutan ke sawah…. Saat kami hendak mengetuk pintu Pak Tarminto ( guru dimaksud:red)…. Udah pasang muka angker alias serem ditambah bunyi suara gemelatuk gigi geram…………. Kami semua “keder” dibuatnya, lantas dengan suara lantang beliau memanggil kami…………… heeemmmmmmmmmm serem banget cing…. Sampa-sampe ada temen ingsun yang gak kuat nahan rasa takutnya, lalu “pipis” di celana….. kontan sekelas pada tertawa, tapi karena gemelegar suara pak Tarminto kian dhasyat, demi melihat kami seperti itu…. Lalu satu persatu, kami dihukum, dengan bermacam-macam jenis… ada yang diantara jari tengah dan jari telunjuk diberi pulpen, lantas pak Tarminto memutar pulpen itu, ada yang “ diplirit athi-athinya” ( rambut di belakang telinga, ditelusuri ke atas dengan memakai ibu jari ), dan ingsun kebagian “dipithes dada, tepat di benjolan kecil”…….ups….sakit banget cing…… ( kalo pake perasaan lembut, mungkin jadi nikmat) lha ini dengan sekuat tenaga… huuh sakitnya minta ampun hingga ingsun menjerit-jerit……. Tapi, setelah itu semua suasana normal kembali, P.tarminto juga kliatan gak dendam kepada kami, bahkan kembali berhumor-ria saat mengajar, sebagaimana sifat belaiu yang suka humor……. FOOTNOTE : Setiap pebuatan itu ada resikonya, sedangkan baik buruknya resiko, sanggat ditentukan oleh kualitas, intensitas dan jenis perbuatan tersebut…
https://www.facebook.com/yusron.kholid.1