Semua manusia yang ada di dunia ini, tak satupun yang menginginkan kesengsaraan dan kesedihan, semuanya mengidamkan kebahagiaan. Namun sayangnya banyak orang yang salah jalan, sehingga bukan bahagia yang didapat, tapi sebaliknya.
Untuk itulah kita
perlu mengetahui rahasia hati, karena di dalamnya terkandung rahasia-rahasia
hidup. Maka bila seseorang menginginkan bahagia, tak cukup hanya dengan
mengejar obyek-obyek yang dianggap sebagai sumber kebahagiaan saja, namun harus
diawali dengan mengenali hatinya masing-masing, hal ini didasarkan sabda
Rasululah SAW :
ألآ إنّ فى الجسد
مظغة, إن صلُحت صلح سائر الجسد كلّه, وإن فسدت فسد سائر الجسد كلّه, ألآ وهي القلب
Artinya : Ingatlah
bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah
seluruh jasad, dan jika ia buruk maka buruklah seluruh badan, ketahuilah
(segumpal daging itu) adalah hati .
Dari
hadits tersebut telah jelaslah bahwa kunci bahagia, sehat, senang dan segala
kebaikan diri manusia adalah hati. Sehingga untuk meraih semua itu hanya dapat
dicapai dengan menata hati dengan baik.
Sebelum menata hati,
tentulah diperlukan ilmu menata, dan sebelum belajar ilmu menata itu kita harus
tahu dan paham tipologi hati kita dari berbagai sisi.
TIPOLOGI HATI
Kata-kata hati,
dalam bahasa arab disebut Qalbu, yang oleh seagian ulama dikatakan
berasal dari kata Qalaba-Yuqallibu yang berarti membalik, maka
dalam definisinya secara terminologis :
يقال
بالقلب لكونه يتقلب
Disebut hati
karena (kondisinya) yang seantiasa bergolak (molak-malik)
Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa kondisi hati
memang tidak stabil alias labil, dan senantiasa mengalami perobahan situasi dan
suasana dengan cepat atau lambat. Dan perobahan itu kadang tidak disadari dan
kadang dalam kondisi sadar, seperti ketika kita senang sesuatu pada suatu
waktu, namun dapat berobah dalam hitungan detik atau menit.Sehingga dengan
pergolakan hati itu, nampaklah sebagian orang yang inkonsisten atau bahkan
labil sama sekali; kadang baik dan kadang buruk, kadang ceria atau kadang
murung. Inilah yang disebut oleh orang sekarang sebagai mood ( suasana hati).
Padahal kebahagiaan yang didambakan
manusia bersifat stabil, karena tak akan mungkin suatu kebahagiaan dapat
dirasakan dalam kondisi hati yang galau dan labil.
Betapa kita rasakan
kebahagiaan yang tiada terkira saat hati kita stabil. Sebab stabilitas hati
akan merobah suasana dengan sendirinya, dan contoh yang paling ringan adalah;
ketika seseorang telah menjatuhkan pilihan kepada seseorang untuk mendampingi
hidupnya, maka seakan-akan keraguan telah sirna, dan yang ada adalah keyakinan,
dan keyakinan itulah yang disebut dengan stabil. Ia yakin ahwa pilihannya
tepat, ia tidak ragu atas pilihannya. Dan dalam kondisi yang demikian ini
semuanya menjadi indah, menyenangkan dan membahagiakan, meskipun menurut orang
lain tidak demikian.
Coba saja ketika
seseorang dalam kondisi demikian, maka makanan dengan lauk ala kadarnya atau
dibawah selerapun akan menjadi enak, hujan lebat yang seharusnya merisaukan
hati, berobah menjadi kebahagiaan yang tak terperi. Demikianlah posisi hati
dalam menghantarkan kebahagiaan manusia dengan kondisi yang haqiqi.
Namun harus diakui,
bahwa mengajak hati menapaki tangga kebahagiaan tidaklah mudah, sebab ancaman
yang datang, baik dalam aupun luar hati-pun tek terhitung jumlahnya. Setiap ada
keinginan untuk menapak menyusuri jalan kebahagiaan itu, banyak godaan yang
datang mencoba mengalihkan perhatian hati dari tujuannya semula, dan itulah
yang disebut Penyakit hati. Maka hati yang sehat adalah hati yang mampu menghantarkan
tuannya ke puncak kebahagiaan. Ibarat sebuah kendaraan, maka kondisi fisik baik
mesin maupun bodi akan banyak menentukan apakah cepat atau lambat dipakai
berkendara menuju tujuan, sehingga pastilah mobil yang baru dengan mesin yang
gress serta bodi yang baru, akan lebih nyaman dan cepat menghantarkan
penumpangnya kepada tujuan. Namun, mobil tua dengan kondisi mesin yang sudah
tua dan bodi yang bopeng, akan sering mengganggu sebuah perjalanan,
Untuk itulah, dengan
mengenali hati, berarti juga mengenali kendaraan. Dan sampai tidaknya
perjalanan akan banyak ditentukan olehseberapa baik, dan sehatnya kendaraan
yang dipakai.
(bersambung)